2008,
saat pertama kali saya menjejakkan kaki di Mesir, saya begitu kagum
dengan pesona keindahannya, takjub dengan masyarakat yang mencintai
Rabbnya, iri dengan ketaatan mereka yang terus memakmurkan masjid-masjid
yang berdiri megah. Sejuk karena mendengar Al-Qur’an yang bergema di
setiap sudut-sudut kota.
Aku
jatuh cinta kepada rakyatnya sejak pertama kali berjumpa, cinta yang
tumbuh subur karena aku tahu Islam ada di dadaku dan Islam ada di dada
mereka. Kala itu mesir begitu indah, begitu tentram, begitu mempesona.
Negeri lumbung ilmu yang telah menghasilkan jutaan ulama di seluruh penjuru dunia kini tengah kini tengah menangis pilu.
Negeri Kinanah kini berdarah, negeri para Anbiya kini terluka, negeri seribu menara kini diserang membabi buta.
Wahai
militer Mesir, entah apa yang ada di kepalamu dan di hatimu! Begitu
mudahnya dada-dada manusia engkau tembus dengan peluru-peluru.
Engkau
menarik picu senjata, bahkan saat mereka tengah menghadap wajah kepada
Rabbnya. Kalian shalat tapi kalian bunuh orang-orang yang sedang shalat.
Kalian shalat padahal kalian juga melihat bahwa mereka sedang shalat,
kenapa kalian menghancurkan orang-orang yang sedang shalat?
Ribuan syuhada, belasan ribuan terluka karena peluru-peluru yang kalian serang dari helikopter dan gedung-gedung tinggi.
Kau sebarkan gas-gas beracun dan gas-gas yang membakar tenda-tenda yang tengah dihuni.
Kalian bakar rumah sakit yang di dalamnya berkumpul timbunan jenazah dan para pasien-pasien yang telah terluka.
Mesir
porak-poranda karena nafsu manusia, karena ulah manusia yang rakus akan
kekuasaan. Kami mengecam tindakan kejam yang menelan korban jiwa. Kami
mengecam cara-cara brutal militer Mesir yang semuanya bertentangan
dengan syariat agama dan hukum-hukum kemanusiaan.
Hentikan
pertumpahan darah di Mesir! Hentikan kejahatan kemanusiaan yang tidak
beradab. Ya Allah, mudah-mudahan Allah menyelamatkan orang-orang yang
tengah dizalimi. Allahu Akbar!