JellyPages.com

Total Pageviews

Tuesday, March 29, 2011

kepada sahabat2 ku...n my BEST FREN N.A.A.T. (^_~)


Untuk Sahabat-Sahabat Tercinta

Sahabat,..
Mungkin engkau bertanya mengapa kutuliskan cerita ini padamu, padahal kamu mengenal aku sebagai orang yang tak pernah serius memikirkan sesuatu.


Sahabat..
Saidina Ali bin Abi Thalib ra., berkata bahwa iman seseorang itu adalah laksana air laut, terkadang ia pasang dan terkadang pula ia surut. Mungkin begitulah aku saat ini, sahabat.. Mungkin saat ini imanku sedang pasang sehingga aku mau menyambung tali ukhuwah kepadamu, tapi mungkin besok aku kembali seperti yang engkau kenal sebelumnya,.. yach,.. Aku akui kalau aku hanyalah seorang manusia yang belum bisa memegang teguh iman secara utuh, aku masih diliputi nafsu keduniawian yang kadang membuat aku selalu terkekang didalamnya.


Sahabat,…
Mari kita merenungi perjalanan kita selama ini.Kita bertanya pada diri sendiri. Apa yang telah kita lakukan selama ini? Apakah kita telah melakukan sesuatu yang memberi manfaat untuk orang lain? Apakah kita telah memberi manfaat untuk agama? Apakah kita telah mengerjakan sesuatu untuk kebaikan saudara-saudara kita?


Sahabat,..
Sejak terlahir kita telah di bai`at sebagai seorang muslim. Karena orang tua kita juga adalah muslim. Al Quran dan Assunah menjadi pegangan hidup kita. Kita baca Al Quran disetiap kesempatan, kita dengarkan untaian hadits disetiap waktu. Namun terkadang, apa yang kita baca dan kita dengar, hanyalah membaca dan mendengar tanpa ada aplikasi dalam kehidupan kita.


Sahabat,…
Munafiqkah kita? Masih pantaskah kita mengharapkan syafa’at beliau kelak di hari akhir?? Sedangkan kadar ibadahku, kadar kesetiaanku lebih kecil dari perumpamaanan buih dilautan.


Seorang guru mengatakan bahwa syafa`at ialah ibarat kain untuk menambal sebuah baju, dan ibadah kita adalah ibarat baju tersebut. Tapi apakah ibadahku bisa berbentuk sebuah baju ataukah hanya secarik kain yang hanya cukup untuk menjadi sebuah lap yang hanya berguna untuk membersihkan meja dan lantai tetapi tak akan cukup untuk menutupi aurat kita. Cukupkah? Cukupkah ibadahku untuk mengharap syafa`at beliau kelak di kemudian?


Sahabat,…


Ketika kita bersedih tentang penderitaan saudara-saudara kita nun jauh disana. Ketika kita marah atas penindasan pada saudara-saudara kita disana. Ketika kita menangis atas syahidnya saudara kita disana..
Tapi kita menjadi buta, buta akan tetangga kita, buta akan saudara kita disini…disini… diperempatan jalan, di dalam bis kota, di sekitar tempat pembuangan sampah..


Mereka adalah saudara kita sahabat…
saudara kita yang terlupakan, padahal mereka juga merintih,…
mereka juga menangis,dan juga tertindas…
Tertindas oleh keadaan


Lihatlah sahabat….
Lihat anak kecil itu, berlari-lari di perempatan sambil melantunkan nyanyian..
Lihatlah saudara kita yang menyebarkan kotak amal di bis kota..
Lihatlah saudara kita yang mengais rejeki sambil mengorek sampah..
Lihatlah seorang bayi yang di tetek ibunya dipinggir jalan berdebu..
Terlihatkah? Sahabat kita yang menenteng sebuah proposal untuk sebuah yayasan yatim piatu
Nampakkah? Saudara kita yang menjual pamplet untuk kehidupan sekumpulan kaum fakir?
Masihkah kita bisa melihat mereka sahabat??


Sahabat,..
Kita terlalu dininabobokan oleh mimpi..
Mimpi bahwa kita akan kembali berjaya
Mimpi bahwa kita pernah menaklukkan andalusia
Mimpi bahwa kita pernah menguasai daratan eropa
Padahal kita sekarang tertindas, tertindas di negeri sendiri,..
Negeri yang masih mendengarkan adzan di Subuh hari
Negeri yang masih menyedian waktu untuk saling bertausiyah saling, mengingatkan, dan saling menjaga ukhuwah


Sahabat….
Dulu masih sering ku dengar dan kulantunkan sebuah syair tentang ketidakberdayaan..
Setiap Subuh dan setelah Jumat, kudengar dan kulantunkan sebait syair,.,
Ilahi lastu lil firdausi ahla
wa laa aqwa alaan naril jahiimi
fa habli tauubatan, wa ighfir dunubi
fa innaka ghafirund danbil adzimi


Allah kami bukanlah ahli syurga-Mu
namun kami tidak kuat keneraka-Mu
terima taubat kami, ampunkan dosa kami
jadikanlah kami orang yang terampuni
Sebuah syair tentang ketidakberdayaan yang mengingatkan kita akan ke-takabur-an ke-ria-an diri kita..
Semoga masih ada waktu untuk kita merenungi dan memperbaiki diri..

Lidah tentukan langkah manusia ke syurga atau neraka

KATA Imam al-Ghazali, lidah antara nikmat Allah SWT yang besar dan antara ciptaan Tuhan yang amat halus dan ganjil. Lidah mempunyai bentuk yang indah, kecil dan menarik. 

Selanjutnya Imam al-Ghazali berkata: “Keimanan dan kekufuran seseorang tiada terang dan jelas, selain dengan kesaksian lidah. Lidah mempunyai ketaatan yang besar dan mempunyai dosa besar pula. Anggota tubuh yang paling derhaka kepada manusia ialah lidah. Sesungguhnya lidah alat perangkap syaitan yang paling jitu untuk menjerumuskan manusia.”



Daripada kata Imam al-Ghazali itu jelas menunjukkan kepada kita besarnya peranan lidah dalam kehidupan manusia kerana lidah kita boleh masuk syurga dan kerana lidah juga boleh dihumban kita ke neraka.


Oleh kerana lidah boleh membawa kebaikan dan keburukan dalam hidup manusia, kita perlu sentiasa berwaspada menggunakan lidah sewaktu bertutur kata. Dengan kata lain, kita hendaklah bijak menggunakan lidah apabila bercakap. 

Sekiranya kata yang kita ucapkan boleh menyebabkan orang yang mendengarnya sakit hati atau terguris, ia boleh mendatangkan keburukan kepadai kita. Pepatah ada mengatakan kerana mulut badan binasa. 

Justeru, sebelum kita berkata sesuatu hendaklah berfikir terlebih dulu. Kita gunakan lidah untuk berkata sesuatu yang baik dan tidak sia-sia atau lebih baik lagi kita diam. Itu lebih memberi manfaat daripada kita berkata perkara yang boleh mendatangkan dosa. Sesungguhnya orang beriman tidak bercakap perkara yang sia-sia dan tiada berfaedah. 

Daripada Abu Hurairah diriwayatkan Nabi Muhammad SAW bersabda yang maksudnya: “Siapa beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata yang baik atau ia diam.” (Hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim) 
Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya: “Sesungguhnya Allah benci kepada orang yang jelik budi pekertinya serta kotor lidahnya.” (Hadis riwayat Imam Tirmidzi) 

Menurut Rasulullah SAW ada tiga jenis manusia, iaitu yang mendapat pahala, selamat daripada dosa dan binasa. 

Orang yang mendapat pahala sentiasa mengingati Allah, berzikir, mengerjakan solat dan sebagainya. Orang yang selamat daripada dosa ialah mereka yang diam, manakala orang yang binasa sentiasa melakukan perkara mungkar, maksiat dan tidak mengawal lidahnya dengan baik. 

Kita dapat mengenal peribadi seseorang daripada percakapannya. Orang yang tinggi akhlak selalunya bercakap hal yang baik saja, tidak menyakiti hati orang lain, tidak mengucapkan perkataan kotor dan tidak banyak bercakap. Mereka mengawal lidah sebaik-baiknya. 

Dalam hadis yang diriwayatkan Tirmidzi dan Ibnu Majah, Abu Hurairah menceritakan apabila Rasulullah SAW ditanya sebab terbesar yang membawa seseorang masuk syurga, Rasulullah menjawab: “Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.” Apabila ditanya pula sebab terbesar yang membawa manusia masuk neraka, maka Rasulullah menjawab, “Dua rongga badan iaitu mulut dan kemaluan.”